Baru-baru ini, pemenang Hadiah Nobel di bidang Ekonomi Simon Johnson menerbitkan sebuah artikel yang menggugah pemikiran di Project Syndicate. Johnson yang pernah menjabat sebagai kepala ekonom di Dana Moneter Internasional (IMF) mengajukan pertanyaan serius tentang undang-undang GENIUS yang baru-baru ini disahkan di Amerika Serikat dan undang-undang CLARITY yang sedang dipromosikan.
Dua undang-undang ini bertujuan untuk membangun kerangka regulasi federal untuk stablecoin, tetapi Johnson percaya bahwa undang-undang tersebut sebenarnya melonggarkan pembatasan penting. Praktik ini dapat menyebabkan penerbit stablecoin memanfaatkan 'utang tanpa bunga - aset berbunga' untuk mendapatkan keuntungan, dan mendorong mereka untuk mengejar aset yang lebih berisiko demi mendapatkan imbal hasil yang lebih tinggi.
Johnson memperingatkan bahwa, begitu terjadi penarikan besar-besaran, permintaan penebusan dalam hitungan menit akan memaksa penerbit untuk 'menjual obligasi untuk pembayaran'. Dengan adanya ketidaksesuaian jangka waktu cadangan, ruang arbitrase regulasi yang besar, dan kurangnya pemberi pinjaman terakhir serta asuransi, risiko lokal dapat dengan cepat berkembang menjadi krisis sistemik, mengulangi siklus kemakmuran—kejatuhan yang sering terjadi dalam sejarah.
Ekonom ini menunjukkan bahwa 'ulang tahun' sebenarnya untuk stablecoin tidak mungkin berasal dari legislasi yang proaktif. Sebaliknya, itu mungkin akan terwujud melalui legislasi pasif yang dipicu oleh krisis, seperti pasar sekuritas setelah kejatuhan pasar saham tahun 1929. Hanya dengan menuliskan prinsip-prinsip seperti 'transparansi—penebusan—penanganan yang teratur' ke dalam sistem dan kode yang lebih ketat, stabilitas keuangan publik dapat benar-benar terjamin.
Pandangan Johnson memicu pemikiran mendalam di industri tentang arah regulasi stablecoin. Apakah seharusnya kerangka regulasi yang lebih ketat dibangun sebelum risiko muncul? Bagaimana menemukan keseimbangan antara mendorong inovasi dan mencegah risiko? Pertanyaan-pertanyaan ini layak dipertimbangkan dengan serius oleh para pengambil keputusan dan pelaku pasar.
Seiring dengan perkembangan terus menerus dari pasar cryptocurrency, pentingnya stablecoin semakin menonjol. Bagaimana cara mengatur alat keuangan baru ini secara efektif, sambil melindungi kepentingan investor dan tidak membunuh inovasi, akan menjadi tantangan besar yang dihadapi oleh regulasi keuangan di masa depan.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
11 Suka
Hadiah
11
2
Posting ulang
Bagikan
Komentar
0/400
SatoshiLegend
· 08-14 07:48
Berdasarkan data historis, probabilitas kebangkrutan utang tanpa bunga mencapai 73,2%
Lihat AsliBalas0
MiningDisasterSurvivor
· 08-14 07:31
Sekali lagi jebakan pump dan dump, cerita tentang UST yang meledak belum selesai.
Baru-baru ini, pemenang Hadiah Nobel di bidang Ekonomi Simon Johnson menerbitkan sebuah artikel yang menggugah pemikiran di Project Syndicate. Johnson yang pernah menjabat sebagai kepala ekonom di Dana Moneter Internasional (IMF) mengajukan pertanyaan serius tentang undang-undang GENIUS yang baru-baru ini disahkan di Amerika Serikat dan undang-undang CLARITY yang sedang dipromosikan.
Dua undang-undang ini bertujuan untuk membangun kerangka regulasi federal untuk stablecoin, tetapi Johnson percaya bahwa undang-undang tersebut sebenarnya melonggarkan pembatasan penting. Praktik ini dapat menyebabkan penerbit stablecoin memanfaatkan 'utang tanpa bunga - aset berbunga' untuk mendapatkan keuntungan, dan mendorong mereka untuk mengejar aset yang lebih berisiko demi mendapatkan imbal hasil yang lebih tinggi.
Johnson memperingatkan bahwa, begitu terjadi penarikan besar-besaran, permintaan penebusan dalam hitungan menit akan memaksa penerbit untuk 'menjual obligasi untuk pembayaran'. Dengan adanya ketidaksesuaian jangka waktu cadangan, ruang arbitrase regulasi yang besar, dan kurangnya pemberi pinjaman terakhir serta asuransi, risiko lokal dapat dengan cepat berkembang menjadi krisis sistemik, mengulangi siklus kemakmuran—kejatuhan yang sering terjadi dalam sejarah.
Ekonom ini menunjukkan bahwa 'ulang tahun' sebenarnya untuk stablecoin tidak mungkin berasal dari legislasi yang proaktif. Sebaliknya, itu mungkin akan terwujud melalui legislasi pasif yang dipicu oleh krisis, seperti pasar sekuritas setelah kejatuhan pasar saham tahun 1929. Hanya dengan menuliskan prinsip-prinsip seperti 'transparansi—penebusan—penanganan yang teratur' ke dalam sistem dan kode yang lebih ketat, stabilitas keuangan publik dapat benar-benar terjamin.
Pandangan Johnson memicu pemikiran mendalam di industri tentang arah regulasi stablecoin. Apakah seharusnya kerangka regulasi yang lebih ketat dibangun sebelum risiko muncul? Bagaimana menemukan keseimbangan antara mendorong inovasi dan mencegah risiko? Pertanyaan-pertanyaan ini layak dipertimbangkan dengan serius oleh para pengambil keputusan dan pelaku pasar.
Seiring dengan perkembangan terus menerus dari pasar cryptocurrency, pentingnya stablecoin semakin menonjol. Bagaimana cara mengatur alat keuangan baru ini secara efektif, sambil melindungi kepentingan investor dan tidak membunuh inovasi, akan menjadi tantangan besar yang dihadapi oleh regulasi keuangan di masa depan.